BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran
kolaboratif dapat menyediakan peluang untuk menuju pada kesuksesan
praktek-praktek pembelajaran. Sebagai teknologi untuk pembelajaran (technology
for instruction), pembelajaran kolaboratif melibatkan partisipasi aktif para
siswa dan meminimisasi perbedaan-perbedaan antar individu. Pembelajaran
kolaboratif telah menambah momentum pendidikan formal dan informal dari dua
kekuatan yang bertemu, yaitu :
1.
Realisasi praktek,
bahwa hidup di luar kelas memerlukan aktivitas kolaboratif dalam kehidupan di
dunia nyata.
2.
Menumbuhkan kesadaran
berinteraksi sosial dalam upaya mewujudkan pembelajaran bermakna.
Ide
pembelajaran kolaboratif bermula dari perpsektif filosofis terhadap konsep
belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan. Pada tahun
1916, John Dewey, menulis sebuah buku “Democracy and Education”
yang isinya bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai
laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan (Jacob et
al., 1996), adalah:
1.
Siswa hendaknya aktif, learning by doing.
2. Belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik.
3. Pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap.
4. Kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan
dan minat siswa.
5. Pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan
prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur
demokratis sangat penting.
6. Kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia
nyata dan bertujuan mengembangkan dunia tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kolaboratif ?
2. Apa tujuan dari pembelajaran kolaboratif ?
3. Apa saja langkah-langkah pembelajaran kolaboratif ?
4. Apa saja macam-macam dari pembelajaran kolaboratif ?
5. Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran kolaboratif
?
6. Bagaimana contoh pembelajaran kolaboratif di dalam
kelas?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian pembelajaran kolaboratif
2. Mengetahui tujuan dari pembelajaran kolaboratif
3. Mengetahui langkah-langkah pembelajaran kolaboratif
4. Mengetahui macam-macam pembelajaran kolaboratif
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran
kolaboratif
6. Mengetahui contoh pembelajaran kolaboratif di kelas
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembelajaran kolaboratif
Model pembelajaran
kolaboratif merupakan salah satu model “Student-Centered Learning” (SLC). Pada
model ini, peserta belajar dituntut untuk berperan secara aktif dalam bentuk
belajar bersama atau berkelompok.
Gokhale mendefinisikan bahwa “collaborative learning”
mengacu pada metode pengajaran di mana siswa dalam satu kelompok yang
bervariasi tingkat kecakapannya bekerjasama dalam kelompok kecil yang mengarah
pada tujuan bersama. Pengertian kolaborasi sendiri
yaitu:
1.
Keohane
berpendapat bahwa kolaborasi adalah bekerja bersama dengan yang lain, kerja
sama, bekerja dalam begian satu team, dan di dalamnya bercampur didalam satu
kelompok menuju keberhasilan bersama.
2.
Patel
berpendapat bahwa kolaborasi adalah suatu proses saling ketergantungan
fungsional dalam mencoba untuk keterampilan koordinasi, to coordinate
skills, tools, and rewards.
Dari pengertian kolaborasi yang
diungkapkan oleh berbagai ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian
belajar kolaborasi adalah suatu strategi pembelajaran di mana para siswa dengan
variasi yang bertingkat bekerjasama dalam kelompok kecil kearah satu tujuan.
Dalam kelompok ini para siswa saling membantu antara satu dengan yang lain.
Jadi situasi belajar kolaboratif ada unsur ketergantungan yang positif untuk
mencapai kesuksesan. Metode
kolaboratif didasarkan pada asumsi-asumsi mengenai siswa proses
belajar sebagai berikut (Smith & MacGregor, 1992)
1. Belajar itu aktif dan konstruktif
Untuk mempelajari bahan pelajaran, siswa harus
terlibat secara aktif dengan bahan itu. Siswa perlu mengintegrasikan bahan baru
ini dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Siswa membangun makna
atau mencipta sesuatu yang baru yang terkait dengan bahan pelajaran.
2. Belajar itu bergantung konteks
Kegiatan pembelajaran menghadapkan siswa pada tugas
atau masalah menantang yang terkait dengan konteks yang sudah dikenal siswa.
Siswa terlibat langsung dalam penyelesaian tugas atau pemecahan masalah itu.
3. Siswa itu beraneka latar belakang
Para siswa mempunyai perbedaan dalam banyak hal,
seperti latar belakang, gaya belajar, pengalaman, dan aspirasi.
Perbedaan-perbedaan itu diakui dan diterima dalam kegiatan kerjasama, dan
bahkan diperlukan untuk meningkatkan mutu pencapaian hasil bersama dalam proses
belajar.
4. Belajar itu bersifat sosial
Proses belajar merupakan proses interaksi sosial yang
di dalamnya siswa membangun makna yang diterima bersama.
Menurut Piaget dan Vigotsky, Strategi
pembelajaran kolaboratif didukung oleh adanya tiga teori, yaitu :
a.
Teori Kognitif
Teori
ini berkaitan dengan terjadinya pertukaran konsep antar anggota kelompok pada
pembelajaran kolaboratif sehingga dalam suatu kelompok akan terjadi proses
transformasi ilmu pengetahuan pada setiap anggota.
b.
Teori Konstruktivisme
Sosial
Pada
teori ini terlihat adanya interaksi sosial antar anggota yang akan membantu
perkembangan individu dan meningkatkan
sikap saling menghormati pendapat semu anggota semua kelompok.
c.
Teori Motivasi
Teori
ini teraplikasi dalam struktur pembelajaran kolaboratif karena pembelajaran
tersebut akan memberikan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk belajar,
menambah keberanian anggota untuk memberi pendapat dan menciptakan situasi
saling memerlukan pada seluruh anggota dalam kelompok.
Piaget
dengan konsepnya “active learning” berpendapat bahwa para siswa belajar
lebih baik jika mereka berpikir secara kelompok, menurut pikiran mereka maka oleh sebab itu
menjelaskan sebuah pekerjaan lebih baik menampilkan di depan keras. Piaget
juga berpendapat bila suatu kelompok aktif klompok tersebut akan melibatkan yang
lain untuk berpikir bersama, sehingga dalam belajar lebih menarik (Smith, B.L.
and Mac Gregor, 2004).
B.
Tujuan Pembelajaran Kolaboratif
Dalam penerapan pembelajaran kolaborasi,
terdapat pergeseran peran si belajar (MacGregor, 2005) :
a.
Dari pendengar,
pengamat dan pencatat menjadi pemecah masalah yang aktif, pemberi masukan dan
suka diskusi.
b.
Dari persiapan kelas
dengan harapan yang rendah atau sedang menjadi ke persiapan kelas dengan
harapan yang tinggi.
c.
Dari kehadiran pribadi
atau individual dengan sedikit resiko atau permasalahan menjadi kehadiran
publik dengan banyak resiko dan permasalahan.
d.
Dari pilihan pribadi
menjadi pilihan yang sesuai dengan harapan komunitasnya.
e. Dari kompetisi antar teman sejawat menjadi kolaborasi
antar teman sejawat.
f. Dari tanggung jawab dan belajar mandiri, menjadi
tanggung jawab kelompok dan belajar saling ketergantungan.
g. Dahulu melihat guru dan teks sebagai sumber utama
yang memiliki otoritas dan sumber pengetahuan sekarang guru dan teks bukanlah
satu-satunya sumber belajar. Banyak sumber belajar lainnya yang dapat digali
dari komunitas kelompoknya.
Belajar kolaboratif menuntut adanya
modifikasi tujuan pembelajaran dari yang semula sekedar penyampaian informasi
menjadi konstruksi pengetahuan oleh individu melalui belajar kelompok. Dalam
belajar kolaboratif, tidak ada perbedaan tugas untuk masing-masing individu,
melainkan tugas itu milik bersama dan diselesikan secara bersama tanpa
membedakan percakapan belajar siswa.
Dari uraian diatas, kita bisa mengetahui
hal yang ditekankan dalam belajar kolaboratif yaitu bagaimana cara agar siswa dalam aktivitas belajar
kelompok terjadi adanya kerjasama, interaksi, dan pertukaran informasi.
Selain itu, dapat disimpulkan bahwa
tujuan dari pembelajaran kolaboratif adalah sebagai berikut :
1. Memaksimalkan proses kerjasama yang berlangsung
secara alamiah di antara para siswa.
2. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang berpusat
pada siswa, kontekstual, terintegrasi, dan bersuasana kerjasama.
3. Menghargai pentingnya keaslian, kontribusi, dan
pengalaman siswa dalam kaitannya dengan bahan pelajaran dan proses belajar.
4. Memberi kesempatan kepada siswa menjadi partisipan
aktif dalam proses belajar.
5. Mengembangkan berpikir kritis dan ketrampilan
pemecahan masalah.
6. Mendorong eksplorasi bahan pelajaran yang melibatkan
bermacam-macam sudut pandang.
7. Menghargai pentingnya konteks sosial bagi proses
belajar.
8. Menumbuhkan hubungan yang saling mendukung dan saling
menghargai di antara para siswa, dan di antara siswa dan guru.
9. Membangun semangat belajar sepanjang hayat.
C. Langkah-langkah Pembelajaran Kolaboratif
Berikut ini langkah-langkah pembelajaran kolaboratif
:
a.
Para
siswa dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas
sendiri-sendiri.
b.
Semua
siswa dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan menulis.
c.
Kelompok
kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi, mendemontrasikan,
meneliti, menganalisis, dan memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah
dalam LKS atau masalah yang ditemukan sendiri.
d.
Setelah
kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah, masing-masing siswa
menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap.
e.
Guru
menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua
kelompok dapat giliran ke depan) untuk melakukan presentasi hasil diskusi
kelompok kolaboratifnya di depan kelas, siswa pada kelompok lain mengamati,
mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut, dan menanggapi. Kegiatan
ini dilakukan selama lebih kurang 20-30 menit.
f.
Masing-masing
siswa dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi, dan revisi
(bila diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpulan.
g.
Laporan
masing-masing siswa terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun
perkelompok kolaboratif.
h.
Laporan
siswa dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya,
dan didiskusikan.
D. Macam-maccam Pembelajaran Kolaboratif
Ada banyak
macam pembelajaran kolaboratif yang pernah dikembangkan oleh para ahli maupun
praktisi pendidikan, teristimewa oleh para ahli Student Team Learning
pada John Hopkins University. Tetapi hanya sekitar sepuluh macam yang
mendapatkan perhatian secara luas, yaitu :
a.
Learning Together
Dalam metode ini kelompok-kelompok
sekelas beranggotakan siswa-siswa yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok
bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set
lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja
kelompok.
b.
Teams-Games-Tournament (TGT)
Setelah belajar bersama kelompoknya
sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain
sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasarkan pada jumlah
nilai yang diperoleh kelompok.
c.
Group Investigation (GI)
Semua anggota kelompok dituntut untuk
merencanakan suatu penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang
dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang
akan melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forum
kelas. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.
d.
Academic-Constructive Controversy (AC)
Setiap anggota kelompok dituntut
kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan
berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun
dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian
dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan,
hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan
pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang
dipilihnya.
e.
Jigsaw Proscedure (JP)
Dalam bentuk pembelajaran ini, anggota
suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda tentang suatu pokok bahasan. Agar
setiap anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan
materi yang menyeluruh. Penilaian didasarkan pada rata-rata skor tes kelompok.
f.
Student Team Achievement Divisions (STAD)
g.
Complex Instruction (CI)
Metode pembelajaran ini menekankan
pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada penemuan, khususnya dalam
bidang sains, matematika dan pengetahuan sosial. Fokusnya adalah
menumbuhkembangkan ketertarikan semua anggota kelompok terhadap pokok bahasan.
Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual
(menggunakan dua bahasa) dan di antara para siswa yang sangat heterogen.
Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.
h.
Team Accelerated Instruction (TAI)
Bentuk pembelajaran ini merupakan
kombinasi antara pembelajaran kooperatif/kolaboratif dengan pembelajaran
individual. Secara bertahap, setiap anggota kelompok diberi soal-soal yang
harus mereka kerjakan sendiri terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian
bersama-sama dalam kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan
benar, setiap siswa mengerjakan soal-soal tahap berikutnya. Namun jika seorang
siswa belum dapat menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus
menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun
berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasarkan pada hasil belajar
individual maupun kelompok.
i. Cooperative Learning
Stuctures (CLS)
Dalam
pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua siswa
(berpasangan). Seorang siswa bertindak sebagai tutor dan yang lain
menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab
oleh tutee. Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau
skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah
ditetapkan sebelumnya, kedua siswa yang saling berpasangan itu berganti peran.
j.
Cooperative Integrated Reading
and Composition (CIRC)
Model
pembelajaran ini mirip dengan TAI. Sesuai namanya, model pembelajaran ini
menekankan pembelajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Dalam pembelajaran
ini, para siswa saling menilai kemampuan membaca, menulis dan tata bahasa, baik
secara tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya.
Keterampilan
yang dibutuhkan oleh peserta yang berpartisipasi dalam model pembelajaran
kolaboratif adalah:
1. Pembentukan kelompok
2. Bekerja dalam satu kelompok
3. Pemecahan masalah kelompok
4. Manajemen perbedaan kelompok
Menurut Reid (2004) dalam menggembangkan
collaborative learning ada lima
tahapan yang harus dilakukan, yaitu:
1.
Engagement
Pada tahap ini, pengajar melakukan penilaian terhadap
kemampuan, minat, bakat dan kecerdasan yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
Lalu, siswa dikelompokkan yang di dalamnya terdapat siswa terpandai, siswa
sedang, dan siswa yang rendah prestasinya.
2.
Exploration
Setelah
dilakukan pengelompokkan, lalu pengajar mulai memberi tugas, misalnya dengan
memberi permasalahan agar dipecahkan oleh kelompok tersebut. Dengan masalah
yang diperoleh, semua anggota kelompok harus berusaha untuk menyumbangkan
kemampuan berupa ilmu, pendapat ataupun gagasannya.
3.
Transformation
Dari
perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa, lalu setiap anggota
saling bertukar pikiran dan melakukan diskusi kelompok. Dengan begitu, siswa
yang semula mempunyai prestasi rendah, lama kelamaan akan dapat menaikkan
prestasinya karena adanya proses transformasi dari siswa yang memiliki prestasi
tinggi kepada siswa yang prestasinya rendah.
4.
Presentation
Setelah
selesai melakukan diskusi dan menyusun laporan, lalu setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat salah satu kelompok melakukan
presentasi, maka kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil
presentasi tersebut, dan menanggapi.
5.
Reflection
Setelah
selesai melakukan presentasi, lalu terjadi proses Tanya-jawab antar kelompok. Kelompok yang melakukan presentasi akan menerima
pertanyaan, tanggapan ataupun sanggahan dari kelompok lain. Dengan pertanyaan
yang diajukan oleh kelompok lain, anggota kelompok harus bekerjasama secara
kompak untuk menanggapi dengan baik.
Brandt (2004) menekankan adanya lima elemen dasar yang
dibutuhkan agar kerjasama dalam proses pembelajaran dapat sukses, yaitu :
1.
Possitive
interdependence (saling ketergantungan
positif)
Yaitu
siswa harus percaya bahwa mereka adalah proses belajar bersama dan mereka
peduli pada belajar siswa yang lain. Dalam pembelajaran ini setiap siswa harus
merasa bahwa ia bergantung secara positif dan terikat dengan antarsesama
anggota kelompoknya dengan tanggung jawab menguasai bahan pelajaran dan
memastikan bahwa semua anggota kelompoknya pun menguasainya. Mereka merasa tidak akan sukses bila siswa lain juga
tidak sukses.
2.
Verbal, face to face
interaction (interaksi langsung antarsiswa)
Yaitu
hasil belajar yang terbaik dapat diperoleh dengan adanya komunikasi verbal antarsiswa
yang didukung oleh saling ketergantungan positif. Siswa harus saling berhadapan
dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar. Siswa juga harus
menjelaskan, berargumen, elaborasi, dan terikat terhadap apa yang mereka
pelajari sekarang untuk mengikat apa yang mereka pelajari sebelumnya.
3.
Individual
accountability (pertanggungjawaban
individu)
Yaitu
setiap kelompok harus realis bahwa mereka harus belajar. Agar dalam suatu
kelompok siswa dapat menyumbang, mendukung dan membantu satu sama lain, setiap
siswa dituntut harus menguasai materi yang dijadikan pokok bahasan. Dengan
demikian setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari pokok
bahasan dan bertanggung jawab pula terhadap hasil belajar kelompok.
4.
Social skills
(keterampilan berkolaborasi)
Yaitu keterampilan sosial siswa sangat penting dalam
pembelajaran. Siswa dituntut mempunyai keterampilan berkolaborasi, sehingga
dalam kelompok tercipta interaksi yang dinamis untuk saling belajar dan
membelajarkan sebagai bagian dari proses belajar kolaboratif. Siswa harus
belajar dan diajar kepemimpian, komunikasi, kepercayaan, membangun dan
keterampilan dalam memecahkan konflik.
5.
Group processing (keefektifan
proses kelompok)
Yaitu
kelompok harus mampu menilai kebaikan apa yang mereka kerjakan secara bersama
dan bagaimana mereka dapat melakukan secara lebih baik. Siswa memproses
keefektifan kelompok belajarnya dengan cara menjelaskan tindakan mana yang
dapat menyumbang belajar dan mana yang tidak serta membuat keputusan-keputusan
tindakan yang dapat dilanjutkan atau yang perlu diubah.
Tiga pola pengelompokkan, yaitu :
1.
The two-person group
(tutoring)
Yaitu
satu orang ditugasi mengajar yang lain. Jadi, siswa dapat berperan sebagai
pengajar yang disebut tutor, sedangkan siswa yang lain disebut tutee.
2.
The small group
(interactive recitation; discussion)
Adalah
cara penyampaian baha pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternative pemecahan masalah.
3.
Small or large group
(recitation)
Yaitu
suatu metode mengajar dan pengajar memberikan tugas untuk mempelajari sesuatu
kepada pembelajar, kemudian melaporkan hasilnya. Tugas-tugas yang diberikan
oleh pengajar dapat dilaksanakan di rumah, sekolah, perpustakaan, laboratorium,
atau di tempat lain.
Karakteristik
dalam belajar kolaboratif adalah :
a. Siswa belajar dalam satu kelompok dan memiliki rasa
ketergantungan dalam proses belajar, penyelesaian tugas kelompok mengharuskan
semua anggota bekerja bersama.
b. Interaksi intensif secara tatap muka antar anggota
kelompok.
c. Masing-masing siswa bertanggung jawab terhadap tugas
yang telah disepakati.
d. Siswa harus belajar dan memiliki ketrampilan
komunikasi interpesonal.
e. Peran guru sebagai mediator.
f. Adanya sharing pengetahuan dan interaksi
antara guru dan siswa, atau siswa dan siswa.
g. pengelompokkan secara heterogen.
E.
Kelebihan
dan Kekurangan Pembelajaran Kolaboratif
a.
Kelebihan
1.
Siswa
belajar bermusyawarah
2.
Siswa
belajar menghargai pendapat orang lain
3. Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional
4.
Dapat memupuk rasa
kerja sama
5.
Adanya persaingan yang
sehat
b.
Kelemahan
1.
Pendapat serta
pertanyaan siswa dapat menyimpang dari pokok persoalan.
2.
Membutuhkan waktu cukup
banyak.
3.
Adanya sifat-sifat
pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah merasa
rendah diri dan selalu tergantung pada orang lain.
4.
Kebulatan atau
kesimpulan bahan kadang sukar dicapai
F.
Contoh Pembelajaran Kolaboratif di Kelas
Salah
satu contoh strategi pembelajaran kolaboratif adalah card sort.
Strategi ini digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sipat, fakta
tentang obyek, atau mengulangi informasi. Strategi ini menguras banyak
energi, sehingga tidak disarankan digunakan ketika siswa dalam kondisi
letih. Prosedurnya adalah sebagai berikut:
1.
Berilah siswa
kartu indeks yang memberikan informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau
lebih katagori.
2.
Mintalah siswa untuk
mencari temannya dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan katagori yang
sama.
3.
Biarkan siswa yang
kartu katagorinya sama menyajikan sendiri kepada yang lainnya.
4.
Selagi masing-masing katagori
dipresentasikan, buatlah point dari pembelajaran tersebut yang dirasakan
penting.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kehidupan akan terasa indah apabila ada variasi,
sebaliknya akan terasa membosankan jika segalanya monoton tak berubah.
Perubahan kearah perbaikan adalah tuntutan alamiah yang menjadi kebutuhan setiap
insan dalam setiap kehidupan.
Manusia telah dibekali akal dan rasa untuk berkreasi,
menciptakan inovasi, agar segalanya berubah ke arah yang lebih baik dengan
ikhtiar mulai dari diri sendiri. Begitu pulal dalam pembelajaran, penciptaan
suasan kondusif perlu dilakukan, karena unsur rasa dalam berpikir selalu turut
serta dan tak bisa dipisahkan. Oleh karena itu penciptaan suasana kondusif
perlu dilakukan sehingga dalam belajar siswa tidak lagi merasa cemas, tidak
lagi takut dalam berpartisipasi, tidak lagi dirasakan sebagai kewajiban,
melainkan menjadi kesadaran dan kebutuhan, dalam suasana perasaan yang nyaman
dan menyenangkan.
Salah satu cara untuk menciptakan suasan yang nyaman dan
menyenangkan serta terhindar dari kebosanan adalah dengan memahami dan
melaksanakan model belajar yang dilakukan siswa, komunikasi positif yang
efektif, dan model pembelajaran yang inovatif.
B. Kritik dan Saran
Makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran sangat menanti
tangggapan, saran dan kritik dari segenap pembaca, baik para mahasiswa maupun
Dosen mata kuliah Strategi Belajar
Mengajar Akuntansi
untuk bahan perbaikan dan penyempurnaan makalah ini di masa yang akan
datang. Semoga makalah yang kami buat ini, cukup bermanfaat dan berguna bagi
para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id/search?as_q=strategi+pembelajaran+kolaboratif&as_epq=&as_oq=&as_eq=&as_nlo=&as_nhi=&lr=&cr=&as_qdr=all&as_sitesearch=&as_occt=any&safe=images&tbs=&as_filetype=&as_rights=google.com
0 komentar:
Posting Komentar