BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Masalah pendidikan merupakan masalah yang
selalu saja menjadi pusat perbincangan ketika suatu masalah dihadapkan kepada
bagaimana membentuk dan membina para generasi. Banyak para pakar mengemukakan tentang
teori pendidikan, dan dalam perjalanannya teori tersebut selalu berkembang
sesuai dengan kebutuhan hidup manusia dan tuntutan zaman, walaupun secara
mendasar teori tersebut selalu bermuara pada sisi yang sama yaitu transformasi
ilmu pengetahuan yang diarahkan pada pembentukan karakteristik kepribadian
manusia secara fisik maupun non fisik.
Proses transformasi ilmu pengetahuan dalam
prakteknya dibentuk dalam proses pembelajaran yang merupakan sebuah kesengajaan
dari suatu interaksi sosial, dimana dalam suatu interaksi edukatif ini haruslah
memperhatikan beberapa aspek tujuan pendidikan dan pengajaran. Sehingga
interaksi yang terjadi mengandung makna adanya kegiatan interaktif dan hubungan
timbal balik antara pengajar yang melaksanakan tugasnya dengan warga belajar atau
peserta didik yang sedang melaksanakan kegiatan belajar. Harapan pokok dari
interaksi tersebut adalah pihak pengajar mampu memberikan dan mengembangkan
motivasi kepada peserta didik agar dapat melakukan kegiatan belajar secara
optimal.
Seorang guru yang melakukan tugas mengajar,
pada prinsipnya adalah membimbing siswa atau suatu usaha mengorganisasi
lingkungan yang menghubungkan siswa dengan bahan pengajaran sehingga
menimbulkan proses belajar. Pada pengertian ini, guru merupakan organisator
kegiatan belajar siswa dan memanfaatkan lingkungan baik di dalam kelas maupun
di luar kelas yang dapat digunakan sebagai penunjang kegiatan pembelajaran. Tuntutan
pencapaian kompetensi bagi peserta didik dalam proses belajar mengajar
merupakan amanah kurikulum yang harus dipenuhi oleh para guru sebagai manajer
di kelas. Oleh karena itu berbagai cara telah dan terus akan dilakukan dalam
rangka memperbaiki proses pembelajaran yang akan meningkatkan pencapaian
kompetensi bagi peserta didik.
Tuntutan akan kualitas sumberdaya manusia yang
mampu bersaing di dunia global, selalu menghendaki adanya perubahan-perubahan
yang menuju kearah perbaikan kualitas dan kemampuan daya saing. Salah satu hal
mendasar yang sedang dan akan terus dilakukan oleh pelaksana pendidikan adalah
upaya-upaya pencapaian kompetensi bagi peserta didik melalui beberapa metode
dan strategi pencapaian kompetensi melalui proses dan media pembelajaran yang
efektif.
Menghadapi perkembangan teknologi, khususnya
teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat dan dinamis, maka
pembelajar perlu dipersiapkan agar memiliki ketrampilan yang dapat diterapkan
dalam berbagai aspek kehidupan. Pembelajar diberi kesempatan untuk belajar
mengembangkan ketrampilan teknologi informasi dan komunikasi yang bermanfaat pada
proses belajarnya dan dalam kehidupan sehari-harinya serta dapat digunakan
untuk mempersiapkan dirinya menghadapi masa yang akan datang. Dengan demikian
program pembelajaran di lembaga pendidikan perlu adanya penggunaan media
pembelajaran yang qualified dan didukung oleh adanya infrastruktur
teknologi informasi yang diprediksi ikut mendorong pencapaian kompetensi
peserta didik dalam menguasai unit-unit kompetensi dan mempercepat dalam
menyelesaikan tugas. Salah satunya adalah dengan menggunakan E-learning dalam proses pembelajaran.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari E-learning ?
2. Apa
manfaat dan kelemahan E-learning ?
3. Bagaimana
E-learning sebagai strategi
pembelajaran ?
4. Bagaimana efektivitas E-learning dalam kegiatan pembelajaran ?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari E-learning.
2. Untuk
mengetahui manfaat dan kelemahan dari E-learning.
3. Untuk
mengetahui bagaimana E-learning
sebagai strategi pembelajaran.
4. Untuk
mengetahui efektivitas E-learning dalam
kegiatan pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
E-learning
Pembelajaran elektronik
atau E-learning telah dimulai pada
tahun 1970-an (Waller and Wilson, 2001). Berbagai istilah digunakan untuk
mengemukakan pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik, antara lain
adalah: on-line learning,
internet-enabled learning, virtual learning, atau web-based learning.
E-learning
adalah semua yang mencakup pemanfaatan komputer dalam menunjang peningkatan
kualitas pembelajaran, termasuk di dalamnya penggunaan mobile technologies seperti PDA dan MP3 players. Juga penggunaan teaching materials berbasis web dan
hypermedia, multimedia CD-ROM atau web
sites, forum diskusi, perangkat lunak kolaboratif, e-mail, blogs, wikis, computer aided assessment, animasi pendidikan, simulasi, permainan,
perangkat lunak manajemen pembelajaran, electronic
voting systems, dan lain-lain. Juga dapat berupa kombinasi dari penggunaan
media yang berbeda [Thomas Toth, 2003; Athabasca University, Wikipedia].
Pendapat
para pakar lain yang mendefinisikan E-learning
antara lain :
- Jaya
Kumar C. Koran, E-learning sebagai sembarang pengajaran dan
pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau
internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
- Dong, E-learning
sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik
komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
- Rosenberg,
menekankan bahwa E-learning merujuk pada penggunaan teknologi
internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan
- Darin
E. Hartley, E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media
Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.
- Learn
Frame.Com dalam Glossary of E-learning Terms, E-learning
adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk
mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,
maupun komputer standalone.
Dari beberapa pendapat yang
mengkomentari tentang E-learning maka
dapat disimpulkan bahwa E-learning merupakan suatu konsep belajar
mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan
menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain serta
peralatan elektronik lainnya yang dapat menunjang proses pembelajaran. Namun dari
kebanyakan pendapat E-learning selalu diidentikkan dengan penggunaan
internet sehingga memuingkinkan terjadinya pembelajaran jarak jauh dan tidak
terbatas oleh tempat dan waktu. Dan kaitannya dengan hal tersebut dapat
diartikan bahwa E-learning merupakan sebuah strategi baru dalam
pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan era digital informasi.
Pengertian lain, E-learning adalah
pembelajaran jarak jauh (distance Learning) yang memanfaatkan teknologi
komputer, jaringan komputer dan/atau Internet. E-learning memungkinkan
pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa
harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran/perkuliahan di kelas. E-learning sering
pula dipahami sebagai suatu bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa diakses
dari intranet di jaringan lokal atau internet. Sebenarnya materi E-learning tidak
harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan
lokal maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan
media CD/DVD pun termasuk pola E-learning.
Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan
didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan
CD/DVD tersebut dan belajar di tempat di mana dia berada.
Ada beberapa pengertian berkaitan
dengan E-learning sebagai berikut :
·
Pembelajaran jarak jauh.
E-learning
memungkinkan pembelajar untuk menimba ilmu tanpa harus secara fisik menghadiri
kelas. Pembelajar bisa berada di Semarang, sementara “instruktur” dan pelajaran
yang diikuti berada di tempat lain, di kota lain bahkan di negara lain.
Interaksi bisa dijalankan secara on-line dan real-time ataupun
secara off-line atau archieved.
Pembelajar belajar dari komputer di kantor
ataupun di rumah dengan memanfaatkan koneksi jaringan lokal ataupun jaringan
Internet ataupun menggunakan media CD/DVD yang telah disiapkan. Materi belajar
dikelola oleh sebuah pusat penyedia materi di kampus/universitas, atau
perusahaan penyedia content tertentu. Pembelajar bisa mengatur sendiri waktu
belajar, dan tempat dari mana ia mengakses pelajaran.
·
Pembelajaran dengan perangkat
komputer
E-learning disampaikan
dengan memanfaatkan perangkat komputer. Pada umumnya perangkat dilengkapi
perangkat multimedia, dengan cd drive dan koneksi Internet
ataupun Intranet lokal. Dengan memiliki komputer yang terkoneksi dengan
intranet ataupun Internet, pembelajar dapat berpartisipasi dalam E-learning. Jumlah pembelajar yang bisa
ikut berpartisipasi tidak dibatasi dengan kapasitas kelas. Materi pelajaran
dapat diketengahkan dengan kualitas yang lebih standar dibandingkan kelas
konvensional yang tergantung pada kondisi dari pengajar.
·
Pembelajaran formal vs. informal
E-learning bisa
mencakup pembelajaran secara formal maupun informal. E-learning secara
formal, misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran
dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati
pihak-pihak terkait (pengelola E-learning
dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya
tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya, atau pembelajaran jarak
jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya
perusahan konsultan) yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa E-learning untuk
umum. E-learning bisa juga dilakukan secara informal dengan
interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list,
e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang
ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu
pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).
·
Pembelajaran yang ditunjang oleh
para ahli di bidang masing-masing
Walaupun sepertinya E-learning diberikan
hanya melalui perangkat komputer, E-learning ternyata disiapkan,
ditunjang, dikelola oleh tim yang terdiri dari para ahli di bidang
masing-masing, yaitu:
1.
Subject Matter Expert (SME)
atau nara sumber dari pelatihan yang disampaikan
2.
Instructional Designer (ID),
bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari SME menjadi materi E-learning dengan
memasukkan unsur metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif, lebih
mudah dan lebih menarik untuk dipelajari
3.
Graphic Designer (GD),
mengubah materi text menjadi bentuk grafis dengan gambar, warna, dan layout
yang enak dipandang, efektif dan menarik untuk dipelajari
4.
Ahli bidang Learning
Management System (LMS). Mengelola sistem di website yang mengatur
lalu lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa
lainnya.
Ada
3 (tiga) hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar elektronik (E-learning), yaitu:
a.
Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan (“jaringan” dalam
uraian ini dibatasi pada penggunaan internet. Jaringan dapat saja mencakup LAN
atau WAN). (Website eLearners.com)
b.Tersedianya
dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya
CD-ROM, atau bahan cetak
c.
Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila
mengalami kesulitan (Newsletter of ODLQC, 2001).
Di
samping ketiga persyaratan tersebut di atas masih dapat ditambahkan persyaratan
lainnya, seperti adanya:
1) Lembaga
yang menyelenggarakan/mengelola kegiatan E-learning,
2) Sikap
positif dari peserta didik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer
dan internet,
3) Rancangan
sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap peserta
belajar,
4) Sistem
evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar, dan
5) Mekanisme
umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.
Secara umum
terdapat dua persepsi dasar tentang E-learning, yaitu :
- Electronic
based E-learning, adalah pembelajaran yang
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, terutama perangkat yang
berupa elektronik. Artinya tidak hanya internet, melainkan semua perangkat
elektronik, seperti film, video, kaset, OHP, slide, LCD projector,
dan lain sebagainya sejauh menggunakan perangkat elektronik.
- Internet
Based, adalah pembelajaran yang menggunakan fasilitas
internet yang bersifat online sebagai instrumen utamanya. Artinya,
memiliki persepsi bahwa E-learning haruslah menggunakan internet
yang bersifat online yaitu fasilitas komputer yang terhubung dengan
internet. Artinya pembelajar dalam mengakses materi pembelajaran tidak
terbatas jarak, ruang dan waktu, bisa dimana saja dan kapan saja.
B.
Sejarah
Perkembangan E-learning
E-learning atau pembelajaran
elektronik pertama kali diperkenalkan oleh universitas Illionis di
Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer
(computer-assisted instruktion) dan komputer bernama PLATO. Sejak saat itu,
perkembangan E-learning berkembang
sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Berikut perkembangan E-learning dari masa ke masa :
* Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based
Training) di mana mulai bermunculan aplikasi E-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk
kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan
Audio) dalam format mov, mpeg-1, atau avi.
* Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT
oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih
menarik dan diproduksi secara masal.
* Tahun 1997 : LMS (Learning Management
System). Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia
mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh
dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak dan jarak serta lokasi
bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin
pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS
yang satu dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya
standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, IEEE
LOM, ARIADNE, dsb.
* Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS menuju aplikasi E-learning berbasis Web berkembang secara
total, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya.
LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah dan surat kabar.
Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia, video streaming serta
penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar dan
berukuran kecil.
C. Manfaat E-learning
Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang sangat pesat mendorong berbagai lembaga
pendidikan memanfaatkan sistem E-learning untuk meningkatkan
efektivitas dan fleksibilitas pembelajaran. Meskipun banyak hasil penelitian
menunjukkan bahwa efektivitas pembelajaran menggunakan sistem E-learning
cenderung sama jika dibanding dengan pembelajaran konvensional atau klasikal,
tetapi keuntungan yang bisa diperoleh dengan E-learning adalah dalam
hal fleksibilitasnya. Melalui E-learning materi pembelajaran dapat
diakses kapan saja dan dari mana saja, disamping itu materi yang dapat
diperkaya dengan berbagai sumber belajar termasuk multimedia dengan cepat dapat
diperbaharui oleh pengajar.
E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan E-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk
dengan manis di ruang kelas untuk
menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat mempersingkat
jadwal target waktu pembelajaran, dan tentu saja menghemat biaya yang harus
dikeluarkan oleh sebuah program studi atau
program pendidikan.
Manfaat
pembelajaran elektronik menurut Bates (1995) dan Wulf (1996) terdiri atas 4
hal, yaitu:
(1)
Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau
instruktur (enhance interactivity).
(2)
Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
(3)
Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience).
(4)
Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable
capabilities).
Adapun segi
manfaat E-learning antara lain :
- Meningkatkan
interaksi pembelajaran, dengan adanya interaksi antara pembelajar, materi
pembelajaran, dan pengajar. Sebab dengan tidak adanya tatap muka langsung
biasanya para pembelajar lebih berani mengungkapkan pendapat dan
pertanyaan yang substansial terhadap materi pembelajaran, atau dengan kata
lain bahasa tulisan yang sering dipakai dalam interaksi tersebut biasanya
lebih memberikan penjelasan dari pada penggunaan bahasa verbal.
- Mempermudah
interaksi pembelajaran dimana pun dan kapan pun, jadi proses pembelajaran
menjadi lebih fleksibel dan tidak tergantung pada penjadwalan tertentu.
- Jangkauan
pembelajaran lebih luas.
- Mempermudah
penyempurnaan dan penyimpanan materi pelajaran.
D. Kelemahan E-Learning
Sistem
E-learning ini menawarkan kemudahan
dalam belajar, tetapi hanya sebagian
kecil orang yang dapat merasakan manfaat E-learning
ini. Tidak jarang orang yang belum pernah mendengar kata E-learning, terlebih lagi untuk
merasakan manfaatnya. Bahkan di kalangan pengajar pun masih ada yang belum
mengenal apa itu E-learning. Ada
beberapa masalah yang menyebabkan banyak kalangan yang belum dapat merasakan E-learning
ini :
1.
Biaya
Banyak
orang atau instansi-instansi pendidikan belum dapat menggunakan sistem pembelajaran ini karena
masalah biaya, mulai dari membeli peralatan sampai pengoperasiannya.
2.
Internet merupakan barang mewah
Tingkat kesejahteraan
masyarakat Indonesia yang masih rendah menyebabkan internet merupakan barang
mewah bagi sebagian kalangan. Sedangkan salah satu basis pelaksanaan E-learning adalah internet. Oleh karena
itu, masih banyak masyarakat terutama kaum pelajar yang tidak mampu
memanfaatkan E-learning karena
kendala internet yang merupakan barang mewah.
3. Minimnya media pendukung
seperti PC, laptop, LCD, dll
Sarana
yang dibutuhkan untuk menggunakan E-learning
ini di beberapa tempat belum mencukupi sehingga menjadi kendala bagi
terlaksananya E-learning di
Indonesia.
4. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia
dalam hal ini meliputi pengajar dan siswa/mahasiswa. Masih banyak pengajar,
terutama pengajar yang lama belum bisa menggunakan E-learning dalam pembelajaran karena mereka memang belum pernah
mengenal apa itu E-learning dan
karena sudah lamanya mereka menggunakan sistem klasik ini. Dari
siswa/mahasiswanya pun masih banyak yang belum bisa menggunakan E-learning secara maksimal. Hal itu
karena mereka masih menggunakan cara klasik yang diajarkan oleh guru mereka
sebelumnya.
Adapun sisi kelemahan yang
menjadi efek pembelajaran E-learning adalah :
- Tidak
tersampaikannya value pendidikan yang berisikan nilai dan etika moral yang
sesungguhnya menrupakan core inti dari proses pendidikan dan pengajaran.
- Dengan
pembelajaran E-learning lebih mengutamakan aspek teknis dan
komersialitas, dan mengesampingkan aspek perubahan perilaku, kemempuan
akademik, sosial, dan ketrampilan pembelajar.
- Proses
pembelajaran cenderung kearah pelatihan dari pada pendidikan yang
menekankan aspek psikomotorik dan afektif.
- Tuntutan
bagi pembelajar untuk belajar mandiri guna memperoleh ilmu pengetahuan dan
informasi. Sedangkan hal ini biasanya tidak mendapat perhatian dari para
pengajarnya, sehingga para pembelajar tidak termotivasi untuk melakukan
proses belajar mandiri.
E. E-learning sebagai Strategi
Pembelajaran
Proses
pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan E-learning tidak dapat
disamakan dengan pelaksanaan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan secara
konvensional dengan menggunakan metode tatap muka langsung, melainkan proses
pembelajaran yang menggunakan metode online via internet. Hal ini
dilakukan dalam rangka upaya meninkatkan kualitas sumberdaya manusia yang akan
bersaing pada knowledge workers dan knowledge economic era.
Sebab dalam era tersebut mengharuskan para pekerjanya secara cepat menemukan
berbagai informasi yang diperlukan, menimbang, dan mengevaluasinya agar
mendapatkan tingkat akurasi yang tinggi, serta mempergunakan informasi tersebut
untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan
kemandirian pada diri setiap pendidik untuk membuat peserta didiknya menjadi
lebih independen dan akan dapat memperkaya mereka dengan kemampuan dalam
menguasai ilmu pengetahuan. Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah konsep
yang mengatakan bahwa belajar adalah proses yang tidak pernah ada akhirnya (live
long education).
Implementasi
sistem E-learning didasarkan atas suatu prinsip atau konsep bahwa E-learning
dimaksudkan sebagai upaya pendistribusian materi pembelajaran melalui media
elektronik atau internet sehingga peserta didik dapat mengaksesnya kapan saja
dari seluruh penjuru dunia. Ciri pembelajaran dengan E-learning adalah
terciptanya lingkungan belajar yang flexible dan distributed.
Fleksibilitas menjadi kata kunci dalam sistem E-learning. Peserta
didik menjadi sangat fleksibel dalam memilih waktu dan tempat belajar karena
mereka tidak harus datang di suatu tempat pada waktu tertentu. Dilain pihak,
pengajar dapat memperbaharui materi pembelajarannya kapan saja dan dari mana
saja. Dari segi isi, materi pembelajaran pun dapat dibuat sangat fleksibel
mulai dari bahan ajar yang berbasis teks sampai materi pembelajaran yang sarat
dengan komponen multimedia. Namun demikian kualitas pembelajaran dengan E-learning
pun juga sangat fleksibel atau variatif, yakni bisa lebih jelek atau lebih baik
dari sistem pembelajaran tatap muka (konvensional). Untuk mendapatkan sistem E-learning
yang baik diperlukan perancangan yang baik pula. Distributed learning menunjuk
pada pembelajaran dimana pengajar, peserta didik, dan materi pembelajaran
terletak di lokasi yang berbeda, sehingga peserta didik dapat belajar kapan
saja dan dari mana saja.
Dalam
merancang sistem E-learning perlu mempertimbangkan dua hal, yakni;
Peserta didik yang menjadi target dan Hasil pembelajaran yang diharapkan.
Pemahaman atas peserta didik sangatlah penting yang antara lain adalah harapan
dan tujuan mereka dalam mengikuti E-learning, kecepatan dalam
mengakses internet atau jaringan, keterbatasan bandwidth, biaya untuk
akses internet, serta latar belakang pengetahuan yang menyangkut kesiapan dalam
mengikuti pembelajaran. Pemahaman atas hasil pembelajaran diperlukan untuk
menentukan cakupan materi, kerangka penilaian hasil belajar, serta pengetahuan
awal.
Selain
itu faktor yang harus diperhatikan dalam penerapan E-learning sebagai
strategi pembelajaran, antara lain :
1. Analisis kebutuhan
Analisis dilakukan untuk
mengetahui kesiapan faktor pendukung yang berupa alat, dana, dan pembuat
kebijakan. Sehingga dapat menentukan studi kelayakan pada penggunaan E-learning.
Selain itu hal yang perlu dianalisa adalah dukungan teknis yang berupa komputer
dan jaringan internetnya, sumberdaya manusia yang terampil dalam penggunaannya,
unsur untung rugi penggunaan E-learning,
dan sikap pengguna yang akan menjadi objek pembelajaran.
2. Rancangan pembelajaran
Untuk merancang strategi E-learning
terdapat hal yang harus diperhatikan, antara lain ; analisis isi pembelajaran,
analisis pembelajar, analisis kompetensi yang akan dicapai, analisis proses
pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan penyusunan alat evaluasi.
3. Tahap pengembangan
Tahap pengembangan dilakukan
mengikuti perkembangan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi yang
tersedia. Selain itu, pengembangan prototype materi pembelajaran dan
rancangan pembelajaran yang harus dievaluasi secara terus-menerus.
4. Pelaksanaan
Prototype yang telah siap untuk dapat diakses, secara kontinyu mendapatkan
pengujian untuk mengetahui berbagai hambatan dan standar materi pembelajaran
sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran mandiri.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan
cara penelitian terhadap objek pembelajaran, sehingga prototype
pembelajaran yang terakses dapat terkontrol sedemikian rupa untuk mengadakan
pengambangan lebih lanjut.
Penggunaan E-learning sebagai bagian dari proses
pembelajaran merupakan ikhtiar penting dalam membantu peserta didik untuk
mendapatkan materi pembelajaran secara dini, tentunya materi pembelajaran sudah
disiapkan terlebih dahulu oleh pengajar sebagai agen pembelajaran. Oleh karena
itu peserta didik dapat mempersiapkan materi pembelajaran dengan terlebih
dahulu mengakses materi ajar. Kegiatan ini merupakan aktifitas pembelajaran
mandiri yang dapat dikerjakan peserta didik tanpa harus bertemu secara fisik
dengan pengajar. Dengan demikian ketika proses pembelajaran klasikal dan atau
berkelompok, peserta didik sudah terlebih dahulu mempelajari topik-topik
pembelajaran yang hendak didiskusikan dengan kelompok-kelompok yang lain. Oleh
karena itu, pembelajaran mandiri dengan materi pembelajaran berikutnya dapat
terlaksana dengan bantuan E-learning.
F. Efektivitas E-learning
Program
E-learning yang efektif dimulai
dengan perencanaan dan terfokus pada kebutuhan bahan pelajaran dan kebutuhan siswa
atau mahasiswa. Teknologi yang tepat hanya dapat diseleksi ketika elemen-elemen
ini dimengerti secara detil. Kenyataannya, kesuksesan program E-learning berhubungan dengan usaha yang
konsisten dan terintegrasi dari siswa atau mahasiswa, sekolah atau fakultas,
falilitator, staf penunjang, dan administrator.
·
Mahasiswa.Sehubungan
dengan konteks pendidikan, peran utama dari siswa atau mahasiswa adalah untuk
belajar dengan sukses, merupakan tugas yang penting, sehingga perlu didukung
oleh keadaan lingkungan yang baik, membutuhkan motivasi, perencanaan dan
kemampuan untuk menganalisa dengan menggunakan instruksi atau modul yang
terbaik. Ketika instruksi disampaikan pada suatu jarak tertentu, menghasilkan
tantangan tambahan karena mahasiswa sering terpisah dari kebersamaan latar
belakang dan interes lainnya, mempunyai hanya sedikit kesempatan untuk
berinteraksi dengan dosen diluar kelas, dan harus bergantung pada hubungan
teknis untuk menjembatani gap pemisah mahasiswa di dalam kelas.
·
Lembaga/Universitas.
Kesuksesan semua usaha E-learning
bergantung juga pada tanggung jawab lembaga/universitas. Fakultas bertanggung
jawab pada pemahaman materi dan pengembangan pemahaman tersebut sesuai dengan
kebutuhan para mahasiswa.
·
Fasilitator.
Fakultas merasa lebih efisien bila berhubungan dengan fasilitator setempat yang
bertindak sebagai jembatan antara mahasiswa dan fakultas. Supaya lebih efektif,
seorang fasilitator harus mengerti kebutuhan para mahasiswa yang dilayani dan
harapan yang diinginkan fakultas. Lebih penting lagi, fasilitator harus
mengikuti arahan yang sudah ditentukan oleh fakultas. Mereka perlu menyiapkan
peralatan, mengumpulkan tugas para mahasiswa, melakukan tes, dan bertindak
sebagai instruktur setempat.
- Staf Penunjang. Kebayakan kesuksesan program E-learning berhubungan juga dengan penunjangan fungsi-fungsi pelayanan seperti registrasi mahasiswa, perbanyakan dan penyampaian materi kuliah, pemesanan buku teks, penjagaan copyright, penjadwalan, pemrosesan laporan, pengelolaan sumber daya teknis, dll. Staf penunjang merupakan kebutuhan utama untuk menciptakan keadaan, sehingga E-learning tetap pada jalur yang benar.
- Staf Penunjang. Kebayakan kesuksesan program E-learning berhubungan juga dengan penunjangan fungsi-fungsi pelayanan seperti registrasi mahasiswa, perbanyakan dan penyampaian materi kuliah, pemesanan buku teks, penjagaan copyright, penjadwalan, pemrosesan laporan, pengelolaan sumber daya teknis, dll. Staf penunjang merupakan kebutuhan utama untuk menciptakan keadaan, sehingga E-learning tetap pada jalur yang benar.
·
Administrator.
Meskipun administrator biasanya ikut dalam perencanaan suatu program E-learning, mereka sering kehilangan
kontak dengan manajer teknis ketika program sedang beroperasi. Administrator E-learning yang efektif bukan hanya
sekedar memberikan ide, tetapi perlu juga bekrjasama dan membuat konsensus
dengan para pembangun, pengambil keputusan, dan pengawas. Mereka harus bekerja
sama dengan personel teknis dan staf penunjang, meyakinkan bahwa sumberdaya
teknologi perlu dikembangkan secara efektif untuk keperluan misi akademis
kedepan. Lebih penting lagi bahwa didalam mengelola suatu akademik perlu
merealisasikan bahwa kebutuhan dan kesuksesan para mahasiswa E-learning merupakan tanggung jawab
utama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
E-learning
atau electronic learning merupakan strategi pembelajaran yang berbasis
pada IT (Information Technology) dengan penggunaan infrastruktur yang
berupa media komputer, internet, dan media komunikasi yang lainnya. Dengan
demikian untuk dapat menggunakan e-learning terlebih dahulu harus
mempertimbangkan faktor kebutuhan, perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan
evaluasi, disamping segi kebermanfaatan serta kekurangannya yang akan berdampak
kemudian. Hal ini dilakukan agar pemanfaatan media online dalam
belajar tersebut dapat dilaksanakan secara optimal sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan.
Keberhasilan
e-learning ditunjang oleh adanya interaksi maksimal antara pengajar dan peserta
didik, antara peserta didik dengan berbagai fasilitas pendidikan, antara
peserta didik dengan peserta didik lainnya, dan adanya pola pembelajaran aktif
dalam interaksi tersebut.
Jika
pembelajaran bebasis pada web, maka diperlukan adanya pusat kegiatan mahasiswa,
interaksi antar kelompok, administrasi penunjang sistem, pendalaman materi,
ujian, perpustakan digital, dan materi online. Dari sisi Teknologi informasi;
dunia Internet memungkinkan perombakan total konsep-konsep pembelajaran yang
selama ini berlaku.
B. Saran
Era
globalisasi menuntut proses cepat dan berkualitas, tidak terkecuali dalam
bidang pendidikan. Oleh karena itu, untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan mampu bersaing dalam dunia internasional perlu adanya reformasi
teknologi dalam bidang pendidikan. Salah satunya adalah dengan menggunakan E-learning. Banyak manfaat yang dapat
kita peroleh dengan menggunakan E-learning
tanpa mengesampingkan berbagai kelemahannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://fahreena.wordpress.com/2010/10/04/e-learning-sebagai-strategi
pembelajaran/ diakses 27 Maret 2012
pukul 15.16.
http://indrayani.staff.ipdn.ac.id/?p=56
diakses 27 Maret 2012 pukul 15.16.
http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1221/1009
diakses 27 Maret 2012 pukul 15.20.
http://www.kamusilmiah.com/it/mengenal-metode-belajar-e-learning/
diakses 27 Maret 2012 pukul 15.20.
http://directory.umm.ac.id/tik/Hasbullah_Perancangan%20dan%20Implementasi%20Model%20Pembelajaran.pdf
diakses 27 Maret 2012 pukul 15.20.
http://e-learning.bpplsp-reg-1.go.id/index.php?do=news&id=13
diakses 30 Maret 2012 pukul 12.20.
http://e-pembelajaran.com/
diakses 30 Maret 2012 pukul 12.22.
0 komentar:
Posting Komentar