Strategi Belajar Mengajar E-Learning

Selasa, 01 Mei 2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Masalah pendidikan merupakan masalah yang selalu saja menjadi pusat perbincangan ketika suatu masalah dihadapkan kepada bagaimana membentuk dan membina para generasi. Banyak para pakar mengemukakan tentang teori pendidikan, dan dalam perjalanannya teori tersebut selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan hidup manusia dan tuntutan zaman, walaupun secara mendasar teori tersebut selalu bermuara pada sisi yang sama yaitu transformasi ilmu pengetahuan yang diarahkan pada pembentukan karakteristik kepribadian manusia secara fisik maupun non fisik.
Proses transformasi ilmu pengetahuan dalam prakteknya dibentuk dalam proses pembelajaran yang merupakan sebuah kesengajaan dari suatu interaksi sosial, dimana dalam suatu interaksi edukatif ini haruslah memperhatikan beberapa aspek tujuan pendidikan dan pengajaran. Sehingga interaksi yang terjadi mengandung makna adanya kegiatan interaktif dan hubungan timbal balik antara pengajar yang melaksanakan tugasnya dengan warga belajar atau peserta didik yang sedang melaksanakan kegiatan belajar. Harapan pokok dari interaksi tersebut adalah pihak pengajar mampu memberikan dan mengembangkan motivasi kepada peserta didik agar dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal.
Seorang guru yang melakukan tugas mengajar, pada prinsipnya adalah membimbing siswa atau suatu usaha mengorganisasi lingkungan yang menghubungkan siswa dengan bahan pengajaran sehingga menimbulkan proses belajar. Pada pengertian ini, guru merupakan organisator kegiatan belajar siswa dan memanfaatkan lingkungan baik di dalam kelas maupun di luar kelas yang dapat digunakan sebagai penunjang kegiatan pembelajaran. Tuntutan pencapaian kompetensi bagi peserta didik dalam proses belajar mengajar merupakan amanah kurikulum yang harus dipenuhi oleh para guru sebagai manajer di kelas. Oleh karena itu berbagai cara telah dan terus akan dilakukan dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran yang akan meningkatkan pencapaian kompetensi bagi peserta didik.
Tuntutan akan kualitas sumberdaya manusia yang mampu bersaing di dunia global, selalu menghendaki adanya perubahan-perubahan yang menuju kearah perbaikan kualitas dan kemampuan daya saing. Salah satu hal mendasar yang sedang dan akan terus dilakukan oleh pelaksana pendidikan adalah upaya-upaya pencapaian kompetensi bagi peserta didik melalui beberapa metode dan strategi pencapaian kompetensi melalui proses dan media pembelajaran yang efektif.
Menghadapi perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat dan dinamis, maka pembelajar perlu dipersiapkan agar memiliki ketrampilan yang dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Pembelajar diberi kesempatan untuk belajar mengembangkan ketrampilan teknologi informasi dan komunikasi yang bermanfaat pada proses belajarnya dan dalam kehidupan sehari-harinya serta dapat digunakan untuk mempersiapkan dirinya menghadapi masa yang akan datang. Dengan demikian program pembelajaran di lembaga pendidikan perlu adanya penggunaan media pembelajaran yang qualified dan didukung oleh adanya infrastruktur teknologi informasi yang diprediksi ikut mendorong pencapaian kompetensi peserta didik dalam menguasai unit-unit kompetensi dan mempercepat dalam menyelesaikan tugas. Salah satunya adalah dengan menggunakan E-learning dalam proses pembelajaran.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari E-learning ?
2.      Apa manfaat dan kelemahan E-learning ?
3.      Bagaimana E-learning sebagai strategi pembelajaran ?
4.      Bagaimana  efektivitas E-learning dalam kegiatan pembelajaran ?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari E-learning.
2.      Untuk mengetahui manfaat dan kelemahan dari E-learning.
3.      Untuk mengetahui bagaimana E-learning sebagai strategi pembelajaran.
4.      Untuk mengetahui efektivitas E-learning dalam kegiatan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian E-learning
Pembelajaran elektronik atau E-learning telah dimulai pada tahun 1970-an (Waller and Wilson, 2001). Berbagai istilah digunakan untuk mengemukakan pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik, antara lain adalah: on-line learning, internet-enabled learning, virtual learning, atau web-based learning.
E-learning adalah semua yang mencakup pemanfaatan komputer dalam menunjang peningkatan kualitas pembelajaran, termasuk di dalamnya penggunaan mobile technologies seperti PDA dan MP3 players. Juga penggunaan teaching materials berbasis web dan hypermedia, multimedia CD-ROM atau web sites, forum diskusi, perangkat lunak kolaboratif, e-mail, blogs, wikis, computer aided assessment, animasi pendidikan, simulasi, permainan, perangkat lunak manajemen pembelajaran, electronic voting systems, dan lain-lain. Juga dapat berupa kombinasi dari penggunaan media yang berbeda [Thomas Toth, 2003; Athabasca University, Wikipedia].
Pendapat para pakar lain yang mendefinisikan E-learning antara lain :
  1. Jaya Kumar C. Koran, E-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
  2. Dong, E-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
  3. Rosenberg, menekankan bahwa E-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
  4. Darin E. Hartley, E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.
  5. Learn Frame.Com dalam Glossary of E-learning Terms, E-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer, maupun komputer standalone.
Dari beberapa pendapat yang mengkomentari tentang E-learning maka dapat disimpulkan bahwa E-learning merupakan suatu konsep belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain serta peralatan elektronik lainnya yang dapat menunjang proses pembelajaran. Namun dari kebanyakan pendapat E-learning selalu diidentikkan dengan penggunaan internet sehingga memuingkinkan terjadinya pembelajaran jarak jauh dan tidak terbatas oleh tempat dan waktu. Dan kaitannya dengan hal tersebut dapat diartikan bahwa E-learning merupakan sebuah strategi baru dalam pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan era digital informasi.
Pengertian lain,  E-learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance Learning) yang memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer dan/atau Internet. E-learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran/perkuliahan di kelas. E-learning sering pula dipahami sebagai suatu bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari intranet di jaringan lokal atau internet.  Sebenarnya materi E-learning tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola E-learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat di mana dia berada.
Ada beberapa pengertian berkaitan dengan E-learning sebagai berikut :
·         Pembelajaran jarak jauh.
            E-learning memungkinkan pembelajar untuk menimba ilmu tanpa harus secara fisik menghadiri kelas. Pembelajar bisa berada di Semarang, sementara “instruktur” dan pelajaran yang diikuti berada di tempat lain, di kota lain bahkan di negara lain. Interaksi bisa dijalankan secara on-line dan real-time ataupun secara off-line atau archieved.
     Pembelajar belajar dari komputer di kantor ataupun di rumah dengan memanfaatkan koneksi jaringan lokal ataupun jaringan Internet ataupun menggunakan media CD/DVD yang telah disiapkan. Materi belajar dikelola oleh sebuah pusat penyedia materi di kampus/universitas, atau perusahaan penyedia content tertentu. Pembelajar bisa mengatur sendiri waktu belajar, dan tempat dari mana ia mengakses pelajaran.
·         Pembelajaran dengan perangkat komputer
     E-learning disampaikan dengan memanfaatkan perangkat komputer. Pada umumnya perangkat dilengkapi perangkat multimedia, dengan cd drive dan koneksi Internet ataupun Intranet lokal. Dengan memiliki komputer yang terkoneksi dengan intranet ataupun Internet, pembelajar dapat berpartisipasi dalam E-learning. Jumlah pembelajar yang bisa ikut berpartisipasi tidak dibatasi dengan kapasitas kelas. Materi pelajaran dapat diketengahkan dengan kualitas yang lebih standar dibandingkan kelas konvensional yang tergantung pada kondisi dari pengajar.
·         Pembelajaran formal vs. informal
     E-learning bisa mencakup pembelajaran secara formal maupun informal. E-learning secara formal, misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola E-learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya, atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan konsultan) yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa E-learning untuk umum. E-learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).
·         Pembelajaran yang ditunjang oleh para ahli di bidang masing-masing
     Walaupun sepertinya E-learning diberikan hanya melalui perangkat komputer, E-learning ternyata disiapkan, ditunjang, dikelola oleh tim yang terdiri dari para ahli di bidang masing-masing, yaitu:
1.      Subject Matter Expert (SME) atau nara sumber dari pelatihan yang disampaikan
2.      Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari SME menjadi materi E-learning dengan memasukkan unsur metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif, lebih mudah dan lebih menarik untuk dipelajari
3.      Graphic Designer (GD), mengubah materi text menjadi bentuk grafis dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang, efektif dan menarik untuk dipelajari
4.      Ahli bidang Learning Management System (LMS). Mengelola sistem di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya.
Ada 3 (tiga) hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar elektronik (E-learning), yaitu:
a. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan (“jaringan” dalam uraian ini dibatasi pada penggunaan internet. Jaringan dapat saja mencakup LAN atau WAN). (Website eLearners.com)
b.Tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya CD-ROM, atau bahan cetak
c. Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan (Newsletter of ODLQC, 2001).
Di samping ketiga persyaratan tersebut di atas masih dapat ditambahkan persyaratan lainnya, seperti adanya:
1)      Lembaga yang menyelenggarakan/mengelola kegiatan E-learning,
2)      Sikap positif dari peserta didik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet,
3)      Rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap peserta belajar,
4)      Sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar, dan
5)      Mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.
Secara umum terdapat dua persepsi dasar tentang E-learning, yaitu :
  1. Electronic based E-learning, adalah pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, terutama perangkat yang berupa elektronik. Artinya tidak hanya internet, melainkan semua perangkat elektronik, seperti film, video, kaset, OHP, slide, LCD projector, dan lain sebagainya sejauh menggunakan perangkat elektronik.
  2. Internet Based, adalah pembelajaran yang menggunakan fasilitas internet yang bersifat online sebagai instrumen utamanya. Artinya, memiliki persepsi bahwa E-learning haruslah menggunakan internet yang bersifat online yaitu fasilitas komputer yang terhubung dengan internet. Artinya pembelajar dalam mengakses materi pembelajaran tidak terbatas jarak, ruang dan waktu, bisa dimana saja dan kapan saja.
B.     Sejarah Perkembangan E-learning
E-learning atau pembelajaran elektronik pertama kali diperkenalkan oleh universitas Illionis di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruktion) dan komputer bernama PLATO. Sejak saat itu, perkembangan E-learning berkembang sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Berikut perkembangan E-learning dari masa ke masa :
* Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi E-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan Audio) dalam format mov, mpeg-1, atau avi.
* Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara masal.
* Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.
* Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS menuju aplikasi E-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia, video streaming serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar dan berukuran kecil.
C. Manfaat E-learning
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat mendorong berbagai lembaga pendidikan memanfaatkan sistem E-learning untuk meningkatkan efektivitas dan fleksibilitas pembelajaran. Meskipun banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pembelajaran menggunakan sistem E-learning cenderung sama jika dibanding dengan pembelajaran konvensional atau klasikal, tetapi keuntungan yang bisa diperoleh dengan E-learning adalah dalam hal fleksibilitasnya. Melalui E-learning materi pembelajaran dapat diakses kapan saja dan dari mana saja, disamping itu materi yang dapat diperkaya dengan berbagai sumber belajar termasuk multimedia dengan cepat dapat diperbaharui oleh pengajar.
            E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan E-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran, dan tentu saja menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah program studi atau program pendidikan.
Manfaat pembelajaran elektronik menurut Bates (1995) dan Wulf (1996) terdiri atas 4 hal, yaitu:
(1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity).
(2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
(3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience).
(4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).
Adapun segi manfaat E-learning antara lain :
  1. Meningkatkan interaksi pembelajaran, dengan adanya interaksi antara pembelajar, materi pembelajaran, dan pengajar. Sebab dengan tidak adanya tatap muka langsung biasanya para pembelajar lebih berani mengungkapkan pendapat dan pertanyaan yang substansial terhadap materi pembelajaran, atau dengan kata lain bahasa tulisan yang sering dipakai dalam interaksi tersebut biasanya lebih memberikan penjelasan dari pada penggunaan bahasa verbal.
  2. Mempermudah interaksi pembelajaran dimana pun dan kapan pun, jadi proses pembelajaran menjadi lebih fleksibel dan tidak tergantung pada penjadwalan tertentu.
  3. Jangkauan pembelajaran lebih luas.
  4. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pelajaran.
D.    Kelemahan E-Learning
Sistem E-learning ini menawarkan kemudahan dalam belajar, tetapi  hanya sebagian kecil orang yang dapat merasakan manfaat E-learning ini. Tidak jarang orang yang belum pernah mendengar kata E-learning, terlebih lagi untuk merasakan manfaatnya. Bahkan di kalangan pengajar pun masih ada yang belum mengenal apa itu E-learning. Ada beberapa masalah yang menyebabkan banyak kalangan yang belum dapat  merasakan E-learning ini :
1.      Biaya
Banyak orang atau instansi-instansi pendidikan belum dapat  menggunakan sistem pembelajaran ini karena masalah biaya, mulai dari membeli peralatan sampai pengoperasiannya.
2.      Internet merupakan barang mewah
Tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia yang masih rendah menyebabkan internet merupakan barang mewah bagi sebagian kalangan. Sedangkan salah satu basis pelaksanaan E-learning adalah internet. Oleh karena itu, masih banyak masyarakat terutama kaum pelajar yang tidak mampu memanfaatkan E-learning karena kendala internet yang merupakan barang mewah.
3.      Minimnya media pendukung seperti PC, laptop, LCD, dll
Sarana yang dibutuhkan untuk menggunakan E-learning ini di beberapa tempat belum mencukupi sehingga menjadi kendala bagi terlaksananya E-learning di Indonesia.
4.      Sumber daya manusia
Sumber daya manusia dalam hal ini meliputi pengajar dan siswa/mahasiswa. Masih banyak pengajar, terutama pengajar yang lama belum bisa menggunakan E-learning dalam pembelajaran karena mereka memang belum pernah mengenal apa itu E-learning dan karena sudah lamanya mereka menggunakan sistem klasik ini. Dari siswa/mahasiswanya pun masih banyak yang belum bisa menggunakan E-learning secara maksimal. Hal itu karena mereka masih menggunakan cara klasik yang diajarkan oleh guru mereka sebelumnya.
Adapun sisi kelemahan yang menjadi efek pembelajaran E-learning adalah :
  1. Tidak tersampaikannya value pendidikan yang berisikan nilai dan etika moral yang sesungguhnya menrupakan core inti dari proses pendidikan dan pengajaran.
  2. Dengan pembelajaran E-learning lebih mengutamakan aspek teknis dan komersialitas, dan mengesampingkan aspek perubahan perilaku, kemempuan akademik, sosial, dan ketrampilan pembelajar.
  3. Proses pembelajaran cenderung kearah pelatihan dari pada pendidikan yang menekankan aspek psikomotorik dan afektif.
  4. Tuntutan bagi pembelajar untuk belajar mandiri guna memperoleh ilmu pengetahuan dan informasi. Sedangkan hal ini biasanya tidak mendapat perhatian dari para pengajarnya, sehingga para pembelajar tidak termotivasi untuk melakukan proses belajar mandiri.
E.     E-learning sebagai Strategi Pembelajaran
Proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan E-learning tidak dapat disamakan dengan pelaksanaan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan secara konvensional dengan menggunakan metode tatap muka langsung, melainkan proses pembelajaran yang menggunakan metode online via internet. Hal ini dilakukan dalam rangka upaya meninkatkan kualitas sumberdaya manusia yang akan bersaing pada knowledge workers dan knowledge economic era. Sebab dalam era tersebut mengharuskan para pekerjanya secara cepat menemukan berbagai informasi yang diperlukan, menimbang, dan mengevaluasinya agar mendapatkan tingkat akurasi yang tinggi, serta mempergunakan informasi tersebut untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan kemandirian pada diri setiap pendidik untuk membuat peserta didiknya menjadi lebih independen dan akan dapat memperkaya mereka dengan kemampuan dalam menguasai ilmu pengetahuan. Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah konsep yang mengatakan bahwa belajar adalah proses yang tidak pernah ada akhirnya (live long education).
Implementasi sistem E-learning didasarkan atas suatu prinsip atau konsep bahwa E-learning dimaksudkan sebagai upaya pendistribusian materi pembelajaran melalui media elektronik atau internet sehingga peserta didik dapat mengaksesnya kapan saja dari seluruh penjuru dunia. Ciri pembelajaran dengan E-learning adalah terciptanya lingkungan belajar yang flexible dan distributed. Fleksibilitas menjadi kata kunci dalam sistem E-learning. Peserta didik menjadi sangat fleksibel dalam memilih waktu dan tempat belajar karena mereka tidak harus datang di suatu tempat pada waktu tertentu. Dilain pihak, pengajar dapat memperbaharui materi pembelajarannya kapan saja dan dari mana saja. Dari segi isi, materi pembelajaran pun dapat dibuat sangat fleksibel mulai dari bahan ajar yang berbasis teks sampai materi pembelajaran yang sarat dengan komponen multimedia. Namun demikian kualitas pembelajaran dengan E-learning pun juga sangat fleksibel atau variatif, yakni bisa lebih jelek atau lebih baik dari sistem pembelajaran tatap muka (konvensional). Untuk mendapatkan sistem E-learning yang baik diperlukan perancangan yang baik pula. Distributed learning menunjuk pada pembelajaran dimana pengajar, peserta didik, dan materi pembelajaran terletak di lokasi yang berbeda, sehingga peserta didik dapat belajar kapan saja dan dari mana saja.
Dalam merancang sistem E-learning perlu mempertimbangkan dua hal, yakni; Peserta didik yang menjadi target dan Hasil pembelajaran yang diharapkan. Pemahaman atas peserta didik sangatlah penting yang antara lain adalah harapan dan tujuan mereka dalam mengikuti E-learning, kecepatan dalam mengakses internet atau jaringan, keterbatasan bandwidth, biaya untuk akses internet, serta latar belakang pengetahuan yang menyangkut kesiapan dalam mengikuti pembelajaran. Pemahaman atas hasil pembelajaran diperlukan untuk menentukan cakupan materi, kerangka penilaian hasil belajar, serta pengetahuan awal.
Selain itu faktor yang harus diperhatikan dalam penerapan E-learning sebagai strategi pembelajaran, antara lain :
1. Analisis kebutuhan
Analisis dilakukan untuk mengetahui kesiapan faktor pendukung yang berupa alat, dana, dan pembuat kebijakan. Sehingga dapat menentukan studi kelayakan pada penggunaan E-learning. Selain itu hal yang perlu dianalisa adalah dukungan teknis yang berupa komputer dan jaringan internetnya, sumberdaya manusia yang terampil dalam penggunaannya, unsur untung rugi penggunaan E-learning, dan sikap pengguna yang akan menjadi objek pembelajaran.
2. Rancangan pembelajaran
Untuk merancang strategi E-learning terdapat hal yang harus diperhatikan, antara lain ; analisis isi pembelajaran, analisis pembelajar, analisis kompetensi yang akan dicapai, analisis proses pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan penyusunan alat evaluasi.
3. Tahap pengembangan
Tahap pengembangan dilakukan mengikuti perkembangan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi yang tersedia. Selain itu, pengembangan prototype materi pembelajaran dan rancangan pembelajaran yang harus dievaluasi secara terus-menerus.

4. Pelaksanaan
Prototype yang telah siap untuk dapat diakses, secara kontinyu mendapatkan pengujian untuk mengetahui berbagai hambatan dan standar materi pembelajaran sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran mandiri.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan cara penelitian terhadap objek pembelajaran, sehingga prototype pembelajaran yang terakses dapat terkontrol sedemikian rupa untuk mengadakan pengambangan lebih lanjut.
            Penggunaan E-learning sebagai bagian dari proses pembelajaran merupakan ikhtiar penting dalam membantu peserta didik untuk mendapatkan materi pembelajaran secara dini, tentunya materi pembelajaran sudah disiapkan terlebih dahulu oleh pengajar sebagai agen pembelajaran. Oleh karena itu peserta didik dapat mempersiapkan materi pembelajaran dengan terlebih dahulu mengakses materi ajar. Kegiatan ini merupakan aktifitas pembelajaran mandiri yang dapat dikerjakan peserta didik tanpa harus bertemu secara fisik dengan pengajar. Dengan demikian ketika proses pembelajaran klasikal dan atau berkelompok, peserta didik sudah terlebih dahulu mempelajari topik-topik pembelajaran yang hendak didiskusikan dengan kelompok-kelompok yang lain. Oleh karena itu, pembelajaran mandiri dengan materi pembelajaran berikutnya dapat terlaksana dengan bantuan E-learning.
F.     Efektivitas E-learning
Program E-learning yang efektif dimulai dengan perencanaan dan terfokus pada kebutuhan bahan pelajaran dan kebutuhan siswa atau mahasiswa. Teknologi yang tepat hanya dapat diseleksi ketika elemen-elemen ini dimengerti secara detil. Kenyataannya, kesuksesan program E-learning berhubungan dengan usaha yang konsisten dan terintegrasi dari siswa atau mahasiswa, sekolah atau fakultas, falilitator, staf penunjang, dan administrator.
·         Mahasiswa.Sehubungan dengan konteks pendidikan, peran utama dari siswa atau mahasiswa adalah untuk belajar dengan sukses, merupakan tugas yang penting, sehingga perlu didukung oleh keadaan lingkungan yang baik, membutuhkan motivasi, perencanaan dan kemampuan untuk menganalisa dengan menggunakan instruksi atau modul yang terbaik. Ketika instruksi disampaikan pada suatu jarak tertentu, menghasilkan tantangan tambahan karena mahasiswa sering terpisah dari kebersamaan latar belakang dan interes lainnya, mempunyai hanya sedikit kesempatan untuk berinteraksi dengan dosen diluar kelas, dan harus bergantung pada hubungan teknis untuk menjembatani gap pemisah mahasiswa di dalam kelas.
·        Lembaga/Universitas. Kesuksesan semua usaha E-learning bergantung juga pada tanggung jawab lembaga/universitas. Fakultas bertanggung jawab pada pemahaman materi dan pengembangan pemahaman tersebut sesuai dengan kebutuhan para mahasiswa.
·         Fasilitator. Fakultas merasa lebih efisien bila berhubungan dengan fasilitator setempat yang bertindak sebagai jembatan antara mahasiswa dan fakultas. Supaya lebih efektif, seorang fasilitator harus mengerti kebutuhan para mahasiswa yang dilayani dan harapan yang diinginkan fakultas. Lebih penting lagi, fasilitator harus mengikuti arahan yang sudah ditentukan oleh fakultas. Mereka perlu menyiapkan peralatan, mengumpulkan tugas para mahasiswa, melakukan tes, dan bertindak sebagai instruktur setempat.
- Staf Penunjang. Kebayakan kesuksesan program E-learning berhubungan juga dengan penunjangan fungsi-fungsi pelayanan seperti registrasi mahasiswa, perbanyakan dan penyampaian materi kuliah, pemesanan buku teks, penjagaan copyright, penjadwalan, pemrosesan laporan, pengelolaan sumber daya teknis, dll. Staf penunjang merupakan kebutuhan utama untuk menciptakan keadaan, sehingga E-learning tetap pada jalur yang benar.
·         Administrator. Meskipun administrator biasanya ikut dalam perencanaan suatu program E-learning, mereka sering kehilangan kontak dengan manajer teknis ketika program sedang beroperasi. Administrator E-learning yang efektif bukan hanya sekedar memberikan ide, tetapi perlu juga bekrjasama dan membuat konsensus dengan para pembangun, pengambil keputusan, dan pengawas. Mereka harus bekerja sama dengan personel teknis dan staf penunjang, meyakinkan bahwa sumberdaya teknologi perlu dikembangkan secara efektif untuk keperluan misi akademis kedepan. Lebih penting lagi bahwa didalam mengelola suatu akademik perlu merealisasikan bahwa kebutuhan dan kesuksesan para mahasiswa E-learning merupakan tanggung jawab utama.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
E-learning atau electronic learning merupakan strategi pembelajaran yang berbasis pada IT (Information Technology) dengan penggunaan infrastruktur yang berupa media komputer, internet, dan media komunikasi yang lainnya. Dengan demikian untuk dapat menggunakan e-learning terlebih dahulu harus mempertimbangkan faktor kebutuhan, perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi, disamping segi kebermanfaatan serta kekurangannya yang akan berdampak kemudian. Hal ini dilakukan agar pemanfaatan media online dalam belajar tersebut dapat dilaksanakan secara optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Keberhasilan e-learning ditunjang oleh adanya interaksi maksimal antara pengajar dan peserta didik, antara peserta didik dengan berbagai fasilitas pendidikan, antara peserta didik dengan peserta didik lainnya, dan adanya pola pembelajaran aktif dalam interaksi tersebut.
Jika pembelajaran bebasis pada web, maka diperlukan adanya pusat kegiatan mahasiswa, interaksi antar kelompok, administrasi penunjang sistem, pendalaman materi, ujian, perpustakan digital, dan materi online. Dari sisi Teknologi informasi; dunia Internet memungkinkan perombakan total konsep-konsep pembelajaran yang selama ini berlaku.
B.     Saran
Era globalisasi menuntut proses cepat dan berkualitas, tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dalam dunia internasional perlu adanya reformasi teknologi dalam bidang pendidikan. Salah satunya adalah dengan menggunakan E-learning. Banyak manfaat yang dapat kita peroleh dengan menggunakan E-learning tanpa mengesampingkan berbagai kelemahannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://indrayani.staff.ipdn.ac.id/?p=56 diakses 27 Maret 2012 pukul 15.16.
http://e-pembelajaran.com/ diakses 30 Maret 2012 pukul 12.22.

0 komentar: