Menyoal Peran Mahasiswa

Senin, 09 April 2012

Masih Adakah Pahlawan Mahasiswa di Tahun 2000 ini?!
Oleh : Iftihatin Jannah
Mahasiswa, sosok penting bangsa dan penentu pergerakan utama suatu masa. Generasi yang senantiasa identik dengan konsep perubahan. Inilah generasi muda yang tak bisa terkalahkan oleh kebijakan-kebijakan kekuasaan yang seiring tidak sesuai dengan hati nurani mereka. Generasi yang selalu menjunjung tinggi keadilan rakyat dan boomerang besar bagi tonggak pemerintahan yang tak bersistem sesuai kaidah. Mereka yang selalu berani mengambil resiko untuk melakukan dan mendesakkan perubahan, serta berlaku kritis kepada generasi tua yang justru mulai tidak berani mengambil banyak resiko karena alasan usia dan karena memang mereka kaum tua yang dekat dengan kekuasaan. Mereka yang dekat dengan kekuasaan itu pun juga pernah menjadi generasi muda, hal inilah yang menjadi alasan bagi generasi muda kepada kaum tua bahwa seperti yang mereka lakukan saat menjadi mahasiswa, pergerakan memang benar-benar harus dilakukan.

Mahasiswa memiliki banyak kekuatan baik secara fisik, idiologi, idealitas, dan intelektual. Dengan berbagai argument baik teoritik atau empiric dikeluarkan demi pengungkapan suara rakyat yang selalu muncul akibat pemerintahan yang bobrok di era-era kehancuran bangsa. Inilah hebatnya mahasiswa, apa yang dilakukannya berbeda dengan kaum-kaum pembela dan kelompok kepentingan lain. Semua yang dilakukan bukan tanpa resiko. Sejarah telah mencatat, ternyata tidak sedikit yang tumbang akibat aksi mahasiswa atas pembelaan kaum bawah. Di angkatan 66 ada mahasiswa yang bernama Arif Rahman Hakim mahasiswa Trisakti yang menjadi lambang perjuangan di angkatan tahun 66. Di angkatan 98 ada empat mahasiswa gugur sebagai pahlawan reformasi mahasiswa(Dwiyanto.2009). Dan mungkin masih banyak mahasiswa yang memang menjadi korban hanya karena mempertahankan idealitasnya sebagai seorang mahasiswa dan pembelaan atas rakyat.
Eksistensi mahasiswa Indonesia pada awal orde baru, dalam melakukan kritik tidak tanggung-tanggung, bahasanya pun tak jarang yang menyengat dan terang-terangan menentang pemerintah. Alhasil banyak tulisan-tulisan kritik untuk pemerintah terus bermunculan di banyak surat kabar yang menyatakan perlawanan mahasiswa dengan pemerintah. Inilah bukti pembelaan rakyat dengan segala konsekuensi yang akan diambil dengan berani oleh mahasiswa era ini.
Itulah beberapa fakta yang ada tentang mahasiswa pada awal orde baru. Dari sekian banyak catatan sejarah anak bangsa yang melakukan perubahan, mahasiswa pada era kita saat inilah eksistensinya dipertanyakan, karena sampai sekarang belum terdengar bahkan terkonsep sebuah perubahan besar lahir dari kita, para mahasiswa angkatan 2000. Bagaimana mungkin sebuah gagasan perubahan besar muncul, sedangkan untuk tulisan-tulisan yang harusnya membuka fakta busuk dari pemerintahan saat ini saja belum pernah muncul. Dimana pemuda-pemuda seperti Soekarno di angkatan kita? Hatta, Ki Hajjar Dewantoro, Roeslan Abdul Ghani, M. Yamin, dan masih banyak sederet nama tokoh-tokoh nasionalis yang juga pemuda dan mahasiswa ternyata tak hadir pada era kita.
Jangan menyalahkan keadaan bila kita masih dalam tahap mempersiapkan diri sendiri. Setidaknya ”mempersiapkan diri” adalah jawaban yang sering muncul saat para pemuda ini dipertanyakan kontribusinya. Aksi yang sering muncul justru unjuk rasa dan demo yang membuat rusuh jalan bahkan sering menghancurkan fasilitas kota. Lalu dari mana perubahan yang diciptakan? Sering kita mencoreng nama baik pemerintah dengan aksi coet-mencoret bendera partai atau aksi membakar gambar pejabat Negara dan tampaknya kita belum juga sadar ternyata hanya itu yang kita lakukan, tidak lebih. Pergerakan bangsa ini masih saja sama dengan sebelum-sebelumnya. Seakan-akan apa yang telah kita lakukan adalah hanya sebatas gertakan untuk beberapa jajaran petinggi Negara.
“Mahasiswa adalah agen perubahan” banyak yang bisa dilakukan mahasiswa dalam masanya menjadi seorang mahasiswa. Bukan tidak mungkin jika bangsa ini bergerak maju karena mahasiswa. Bodoh sekali jika kita sampai saat ini tak tahu apa yang akan diperbuat sementara kita adalah mahasiswa yang hidup pada kaum elit menengah. Hidup di tengah-tengah rakyat banyak yang pastinya mengetahui problema-problema bangsa yang harus segera diselesaikan. Entah kita sadari atau tidak kita pula lah yang dekat dengan para pejabat atas, lalu mengapa kita selalu putus asa saat aspirasi kita muncul dan harus bingung disampaikan kepada siapa? Bukankah “demo” adalah aksi akhir saat pemerintah tak bisa lagi diajak kompromi? Jadi apakah demo yang telah kita lakukan selama ini adalah karna kita telah menemukan jalan buntu untuk bergerak? Berpikirlah cerdas kawan, bangsa ini membutuhkan kita.
Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Akuntansi 2009
Di Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta

0 komentar: